Seberapa Sering sih Kamu Menjilat Ludah Sendiri?


Seberapa sering sih kamu menjilat ludah sendiri? Satu kali? Atau dua kali?  Lalu bagaimana sih rasanya setelah menjilat ludah sendiri? Manis, pahit, asam, atau asin?

Nah pada postingan inilah saya akan membahas suatu topik yang tidak lain dan tidak bukan adalah Menjilat Ludah Sendiri

Sebelum kamu salah fokus karena saya gak pegang aqua, saya ingin mengingatkan bahwa kata “Menjilat Ludah” adalah kata kiasan yang digunakan kepada seseorang yang tidak menepati kata-kata yang keluar dari bibirnya.

Jadi, bagi kamu yang sudah terlanjur berhayal dan berharap saya bikin postingan “menjilat ludah teman” atau “menjilat ludah di lantai”, segera katakan goodbye! Karena sampai kapanpun saya gak akan rela, jika lidah ini harus menjilat ludah teman ataupun menjilat ludah di lantai #naudzubillahimindzalik #sayangi lidahmu dari hal-hal tercela

Oke kembali ke topik!

Sebagai manusia yang sering kali khilaf, saya kadang kurang pandai dalam mengontrol emosi. Beberapa kali keceplosan dan kadang juga kebanyakan nyinyir di sosial media, membuat saya harus menjilat ludah berkali-kali. Dan itu memalukan guys!
Harga diri kita bisa sirna begitu saja hanya karena tersulut emosi dan menanamkan rasa dengki di dalam diri.

Contoh simplenya begini.

Bulan september lalu, seluruh organisasi di SMKN 2 Terbanggi Besar mendapatkan hak istimewa untuk mengikuti pawai dalam rangka memecahkan rekor muri bersama partai N*sdem (sensor ya guys!)

Baca juga : Jalan Sehat Memeriahkan Haornas 2016 SMKN 2 Terbanggi Besar

Awalnya sih saya menolak keras tawaran itu, karena kebetulan saya adalah anak yang anti kegiatan partai dan kebetulan juga, tanggal kegiatan pawai adalah tanggal deadline salah satu lomba blog yang sudah saya incar dari bulan sebelumnya.

Tapi ketika saya diberi tahu bahwa peserta yang mengikuti pawai itu bisa mendapatkan seragam dan uang Rp 100.000 (baca : uang saku) Tiba-tiba saya kehilangakn kendali untuk menahan hawa nafsu dan terjerumus dalam lubang kepartaian. Lubang di mana orang bijak jadi buta, lubang di mana orang buta seolah-olah keliatan bijak.

Mungkin skenario kecilnya seperti ini:

Desi : Eh ful, kamu ikut pawai di Bandar Lampung gak?
Aku : Enggak ah, emang kalau ikut dapet apa toh? Palingan geh cuma capek doang
Desi : Tapi kataya, tidurnya itu di hotel berbintang loh
Aku : Iya bener! Memang di hotel berbintang. Tidur dibawah bintang-bintang (you know I mean guys!)
Desi : Udah, ikut aja. Lagian dapet seragam partai sama uang Rp 100.000 loh, kalau aku anak laki-laki mah udah pasti ikutan.
Aku : Seriusan dapet duit?
Desi : Iya, aku katanya Waka Kesiswaan.
Aku : Hmmm, aku ikut lah! Lumayan dapet Rp 100.000
Desi : katanya gak mau?
Aku : kan kamu yang maksa (alasan guys! Aslinya sih karena ada duitnya)

Dan setelah kegiatan itu berakhir, saya menyesal setengah mati.

Pertama, saya makin gosong. Yup! Kulit eksotis yang digadang-gadang menjadi pesain berat Farah Quen, kini menjadi gosong layaknya singkong bakar yang dilupakan empunya.

Kedua, ketinggalan pelajaran. Ini penting banget guys! Kalau kamu pembaca setia blog ini, pasti sudah tahu banget kan kalau saya itu gak pernah bisa meninggalkan pelajaran walaupun demi blog? Nah di moment inilah saya bertindak kurang bijak.
Saya sering kali menduakan blog demi pelajaran dan pekerjaan rumah anak smk yang lebih mirip anak sma namun saat itu saya malah lebih memilih  ikutan pawai dengan dalih mendapatkan seragam partai dan uang Rp 100.000. Ya Tuhan, aku menyesal!

Baca juga : Berhentilah Untuk Sok Bijak

Tapi inilah akibat dari menjilat ludah sendiri. Awalnya saya bilang “gak mau ikut” karena kegiatan ini kurang cocok dengan passion, tapi setelah terbuai dengan uang Rp 100.000 saya malah menjilat ludah sendiri tanpa rasa malu.

Lalu bagaimana dengan kamu?
Pernahkah kamu menjilat ludahmu sendiri? Bagaimana rasanya?
Kalau ludahku sih seringkali terasa pahit.

Maka berfikirlah sebelum bicara, karena menjilat ludah sendiri itu, memalukan!

Tapi untuk kamu yang pernah atau bahkan sering kali menjilat ludah sendiri, gak perlu khawatir kok.
Bahkan petinggi partai pun bisa plinplan ketika kondisi mereka terasa tidak menguntungkan. True?

Jadi tenang aja guys! Asalkan kamu tobat dan lebih berhati-hati lagi ketika ingin berkata-kata ataupun sekedar nyinyir di sosmed, InsyaAllah kamu tidak akan mengulangi kasalahan yang sama.

Oke?

Terimakasih telah membaca artikel ini, semoga artikel ini bisa bermanfaat untuk kalian semua. Jangan pernah ragu untuk share artikel ini di sosial media kalian jika memang kalian suka, dan jika kalian tidak suka silakan beri komentar ya.

Salam, Ardi And Word

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel