Berhentilah Untuk Jadi Sok Bijak
Minggu, November 06, 2016
Masih ingat dengan kasus Pak Mario dengan Kiswinar?
Kasus itu banyak sekali menyita perhatian media televisi maupun dunia tulis-menulis.
Bagaimana tidak bisa menyita perhatian banyak media?
Wong Pak Mario Teguh itu sosok yang sangat terkenal, sosok yang saya kagumi saat saya masih mengenyam bangku pendidikan di kelas 3 SMP.
Dan kita semua tahu!
Bahwa Pak Mario Teguh itu adalah sosok yang dikenal cukup Bijak.
Hal itu bisa dilihat saat ia memberikan berbagai quote di media sosialnya tentang kehidupan. Banyaknya like, share dan retweet menjadi salah satu ciri bahwa Pak Mario itu digemari banyak orang.
Belum lagi dengan berbagai acaranya yang sukses mendulang traffik dan menjadi center trending topik.
Bukankah semua itu sangat cukup untuk bilang bahwa Pak Mario Teguh itu adalah “Seniman Paling Bijak” di Indonesia?
Dulu, iya jika dulu, saya yakin akan ada banyak orang yang setuju jika Pak Mario Teguh disebut sebagai Seniman Paling Bijak.
Sayangnya gelar Seniman Paling Bijak itu akhirnya sirna begitu saja setelah seorang pria bernama Kiswinar datang dan mengaku sebagai anak dari Pak Mario.
Sontak hal itu menjadi incaran pemberitaan dan menjadi panas setiap harinya.
Sedikit demi sedikit bukti mulai bermunculan dan beredar di dunia maya.
Mulai dari akta kelahiran, kartu keluarga, ataupun kartu tanda pengenal lainnya.
Saya pun menyumpai beberapa situs berita yang ikut-ikutan membahas berita tersebut. Namun saat itu saya masih tak menggubrisnya. Lalu setelah saya menyaksikan Kiswinar berada di acara favorit saya, Hitam Putih, saya mulai mendadak curiga.
“Apa bener om Kiswinar itu anaknya Pak Mario? Kok ditelantarkan selama bertahun-tahun ya? Emangnya dulu Pak Mario itu orang yang gak punya apa? Hmm.. kayanya enggak deh, tahun 2004 aja Pak Mario sudah masuk pemberitaan internasional, tapi lupa judul beritanya. Dan kalau ngeliat ekspresinya om Kiswinar pas diacara Hitam Putih, itu beneran gak bisa nipu! Itu ekspresi orang jujur! Etdah, aku malah bingung”
Sampai pada titik itu, aku mulai menarik kesimpulan.
Perkataannya Memang Biijak, Tapi Perbuatannya Tidak
To the point banget khan?
Ya, iyalah namanya aja Nisful Ardi. Blogger “labil” yang hobi nyinyir tapi gak kunjung terkenal #eh
Nah dari kasus itu, kita semua bisa tahu kalau sebenarnya kita ini gak perlu tampil sok bijak, apalagi sampai berani menjudge orang lain dengan sanggahan yang tidak baik.
Karena setiap orang itu punya hak untuk berbicara, tapi bukan berbicara untuk menjelekkan ide orang lain.
Atau saya beri contoh simple satu lagi deh.
Minggu ini media sosial twitter dan facebook itu sangat ramai membahas satu topik yaitu Demo atas Tindakan Ahok yang diklaim oleh beberapa pihak telah “menistakan agama”
Tapi apakah benar kalau Ahok itu menistakan agama?
Entahlah, sesuai intrukasi Presiden Jokowi bahwa selama 2 minggu ke depan setelah postingan ini terbit, kasus Pak Ahok dan Bunni Yani akan di usut tuntas oleh pihak berwajib. Dan ini akan menjadi jawaban untuk kalian semua yang sudah sibuk menuntut hasil dari aksi demontrasi kemarin.
Tapi sebelum keputusan presiden itu dibuat, kita semua sama-sama tahu bahwa banyak sekali pihak yang seakan-akan menjadi bijak dari segala sisi.
Contohnya saja, ormas-ormas islam yang menuntut bahwa ahok harus mundur dari pencalonan dan harus mendekam di jeruji penjara. Dan parahnya lagi, di media sosial bertebaran meme tidak menyenangkan terkait pembunuhan ahok. Ya Allah, jangan sampai begitu ya! Nabi Muhammad saja tidak pernah mendendam terhadap kaum jahiliyah, apalagi sampai berniat membunuhnya. Toh keputusan dari Ulil Amri beserta pengadilan negeri belum dibuat, jadi jangan bertindak kegabah.
Sayangnya sasaran massa tak kunjung usai, Presiden juga ikut-ikutan menjadi sasaran cemooh demontrans dan pengguna sosial media.
Dan sasaran pun masih belum selesai lagi guys!
Seperti yang dilansir oleh detik, beberapa toko bakso, mie ayam, soto, ataupun minimarket sukses dihancurkan oleh pendemo dan anehnya lagi makanan dan barang-barangnya semua ludes entah hilang kemana, aneh bukan?
Ternyata banyak tuyul mengaku berTuhan, lucu ya?
Lalu apakah aksi demo 4 November itu adalah hal yang salah dan pembawa musibah?
No! Setiap warga negara Indonesia punya hak untuk berdemo, menyuarakan pendapat, dan menagih kinerja pemerintah. Sayangnya, di dalam demo kemarin banyak pihak yang kecolongan, maksud saya itu kecolongan demonstran provokasi. Gak senagja saat saya scroll scroll berita dan video di youtube, ternyata ada beberapa orang yang terduga provokator karena tidak memenuhi aturan sebagai seorang muslim. Pakaian putih dan berakhlak soleh.
Mirisnya lagi, “katanya” ada wakil rakyat yang ikut-ikuttan berdemo. Haduh kok bisa ya?
Padahal mah kerja aja kagak pernah, giliran ada demo malah ikutan. Fiuh~~
“Ya namanya aja Indonesia mas, tiada demo tanpa campur tangan partai politik, kan wakil rakyat indonesia kebanyakan bekerja untuk parpolnya” #eh “iya tah?”
tiba-tiba tadi ada yang bisikkin #abaikan
Sekarang kita lanjutkan ke sudut pandang kedua.
Untuk yang ini pakai status di facebook saya aja ya, kebetulan ada status nyinyir yang awalnya gak ketulungan, tapi setelah menimbang karena “takut” iya saya takut, jadi status inilah yang saya terbitkan, silakan baca;
Ngaku hayoo...
Siapa yang dapat surat beginian juga?
Ngaku ya..
Lembar ini saya dapatkan setelah pulang sekolah, tepatnya didepan gerbang sekolah
Entah apa alasannya, tapi menurut saya sih kurang baik ya, kalau memberi surat provokasi seperti ini untuk anak sekolahan. Iya gak sih?
Apalagi ada isu-isu yang berkembang bahwa beberapa partai politik pun ikut ambil bagian dalam demo ini, rasanya agak aneh aja.
Kok bisa ya naak sekolahan di ajak berdemo?
Lalu kemana wakil rakyat? Apak bersembunyi dibawah kolong meja mewah?
#ehhh stop! Aku teralu nyinyir deh, jadi hiraukan pertanyaanku jika tidak penting?
Lagian toh besok sekolahku masih masuk seperti biasa, masuk pagi – pulang sore (ekskul)
Entahlah apa yang menjadi modusnya..
Mungkin pikir mereka seperti ini
Inikan sudah menyangkut soal agama, jadi bagi anda yang beragama, tak peduli status sosial ataupun derajat dan posisi anda, maka anda wajib ikut atau setidaknya mendukung kegiatan ini.
Mungkin seperti itu itu ya?
Tapi itu kan gak baik guys!
*mulai nyinyir lagi*
Udahanlah nanti ditoel ama orang partai
Nah kurang lebih begitu status yang kubuat. Sebenernya cuma curahan hati saja sih, nulisnya pun di dalam pengapnya angkot. Sudah ditimbang baik dan buruknya, baru deh di posting.
Tapi saya juga manusia ya, ternyata masih ada yang tidak suka.
Saya beberapa kali mendapatkan pesan dari akun kloning yang tak jelas pemiliknya. Isinya ya cuma hinaan aja, “lu bocah gk usah sok bijak ngapa!”
Tapi saya malah gak marah lo, bacanya bikin ketawa-ketawa, mungkin karena gak kenal ya?
Hm.. sepertinya iya deh
Oh iya, ternyata ada temen blogger yang mau repot-repot membuat status demi menjadi lebih bijak dari aku loh. Iyalah, doi kurang bijak apa coba? Sampai Ardi dibilang masih “bocah” “anak labil” dan “anak salah jalan”
Kenapa gak sekalian bilang “anak jalanan” aja biar kukasih emoticon sekalian :v
Udahlah, tangan ini keburu pegel untuk nulis lebih panjang lagi guys.
Semoga yang “ngaku” bijak gak perlu pamer ya! Manfaatkan kebijakkanmu untuk hal yang lebih bijak!
Mau nyinyir bareng Ardi? Tapi jangan sok bijak ya, kalau cocok nanti ku ajak duet, iya duet, duet postingan maksudnya.
Untungnya apa mas?
Ya kita bisa nyinyir bareng lah! Hehehehe..
Salam, Ardi And Word